twitter



     Ditengah dominasi televisi dan derasnya serbuan sinetron, masihkan ada waktu  orang tua untuk mendongeng buat anak-anaknya?? Apalagi sekarang ini banyak wanita yang memilih berkarir diluar ketimbang menjadi ibu rumah tangga, sehingga makin sempitlah peluang dia buat bercengkerama dengan si buah hati sambil menuturkan sebuah dongeng. Kenyataan ini diperparah lagi dengan minimnya penguasaan kita terhadap perbendaharaan cerita rakyat.

     Padahal orang-orang tempo dulu mempunyai kebiasaan yang positif, sebelum tidur mendongengkan cerita kepada anak cucunya. Dan disadari atau tidak,merupakan sarana efektif untuk mengekalkan ikatan batin diantara mereka.

     Lewat dongeng imajinasi dan kreatifitas  anak diasah sejak dini. Hal ini diakui oleh beberapa sastrawan indonesia, seperti Putu Wijaya yang mengungkapkan bahwa kepiawaiannya mengarang dipengaruhi oleh kebiasaannya sejak kecil yang gemar mendengar dongeng dati sang nenek.

    Selain itu dongeng juga mengandung nilai edukatif. Biasanya dibalik sebuah cerita memuat pesan moral tertentu. Sering kali untuk menanamkan akhlak terpuji dibalut dengan cerita. Dibanding kalau pesan itu disampaikan secara dogmnatis. daya serap lewat cerita jauh lebih tinggi dalam membekas dalam memori .
    Sayangnya, tradisi mendongeng sekarang ini seolah kurang dapat mendapat tempat di masyarakat. Perlu upaya penyelamatan agar cerita rakyat yang pernah hidup dimasa lalu dapat dilestarikan sehingga tidak putus mata rantai dengan generasi berikutnya.

    Langkah itulah yang dilakukan oleh Syamsiar Seman, dengan menghimpun cerita rakyat kalimantan selatan yang tadinya masih berbentuk lisan ke dalam karya tulis  " Galuh Rumbayan Amas ". Buku ini memuat lima judul cerita, yang masing-masing mengandung pesan moral tertentu.

    Cerita Galuh Rumbayan Amas misalnya, lewat tokoh Agap digambarkan seorang yang rajin bekerja dan dan berani mengambil reiko akan mendapatkan keberhasilan. Dalam hal ini akan mendapatkan istri yang cantik bernama Galuh Rumbayan  Amas. Mereka hidup rukun dan bahagia hingga dianugerahi tujuh orang anak. Namun, karena Agap teledor sehingga ingkar janji untuk tidak membakar kayu-kayu mali, akibatnya istrinya itu merupakan jelmaan dari hantu beranak, kembali kealamnya semula.

    Berikutnya, " Asalnya Gajah Kada ada di Kalimantan " mengandung pesan moral agar seorang pemimpin itu menjauhkan diri dari perasaan yang paling hebat, karena di dunia ini tidak ada sesuatu yang abadi. Dan bagi si lemah agar tidak di dzalimi, maka ia mesti pandai-pandai menggunakan akalnya, sebab sering kali terbukti kepintaran itu mampu mengalahkan mereka yang bertubuh kuat.

    Cerita berikutnya, "Mencari Bagandang Nyiru" mengisyaratkan agar setiap melakukan aktivitas apapun jangan sampai lupa diri sehingga tidak ingat waktu. Apalagi menjelang magrib saatnya melakukan shalat, mestinya sudah ada dirumah. Seperti yang dialami mawan yang keasyikan memancing ia tidak sadar dihipnotis hantu. Lama ditunggu tak juga muncul, maka warga kampung berinisiatif untuk mencarinya dengan begadang nyiru. Disini diperlihatkan betapa erat hubungan persaudaraan dan tingginya kepedulian diantara mereka, sehingga katika ada warga yang mengalami musibah tetangga lain tidak bisa diam. Sikap gotong royong seperti ini patut diwarisi, namun ironisnya dalam masyarakat modern semakin ditinggalkan.

    Sementara dibalik cerita " Pilanduk Manunggui Agung Raja" terselip pesan moral agar kita jangan suka menjahili orang lain. Sebab, suatu saat nanti cepat atau lambat kejahatan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan yang setimpal.

    Demikianlah, orang-orang dulu kalau ingin memberi nasihat sering menggunakan media cerita rakyat, sehingga meninggalkan kesan dalam hati dan mampu menanamkan nilai konstruktif bagi perkembangan mental dan akhlak anak-anak.
    

0 komentar:

Posting Komentar