twitter



Pengertian Penalaran Induktif 

      Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manari kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum. 

Contoh penalaran induktif : 
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. 

Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. 

  • GENERALISASI
      Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagaian dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan dengan cara itu disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.

Contoh:

•    Dicky adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
•    Alfa adalah seorang polisi, dia berambut cepak.
Generalisasi:  semua polisi berambut cepak

    Generalisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, generalisasi tanpa loncatan induktif dan generalisasi dengan loncatan induktif.   
  1. Generalisasi tanpa loncatan induktif::  Generalisasi tanpa loncatan induktif adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: sensus penduduk
  2. Generalisasi Dengan Loncatan Induktif::  Generalisasi Dengan Loncatan Induktif adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.

  • HIPOTESA & TEORI
     Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

     Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.

      Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis

  • ANALOGI
adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.


  • HUBUNGAN KAUSAL
     Merupakan perinsip sebab-akibat yang dharuri dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

     Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
SALAH NALAR : Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat.





  • Latar Belakang
      Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. 

      Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum. 

      Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerakIsaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik). 

  • Pengertian Penalaran Deduktif 
      Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.


Macam-macam penalaran deduktif:

  • SILOGISME KATEGORIAL
     Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.

Pengertian Silogisme Kategorial

     Silogisme Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh :
- Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor).
- Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
- Akasia membutuhkan air (Konklusi).

Hukum-hukum Silogisme Katagorial
  1. Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.Contoh; Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor). Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor). Maka; Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
  2.  Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.Contoh; Semua korusi tidak disenangi (mayor). Sebagian pejabat korusi (minor). Maka; Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
  3. Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan. Contoh; Beberapa politikus tidak jujur (premis 1). Bambang adalah politikus (premis 2). Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
  4. Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpul dapat diambil jika salah satu premisnya positif. Contoh; kerbau bukan bunga mawar (premis 1). Kucing bukan bunga mawar (premis 2). Kesimpulannya? Tidak ada.
  5. Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata. 
     Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.

Contoh;
1. kerbau adalah binatang (premis 1).
2. Kambing bukan kerbau (premis 2).
Maka; kambing bukan binatang ? Binatang pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif.

     Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
contoh;
1. Bulan itu bersinar di langit (mayor).
2. Januari adalah bulan (minor).
Maka; januari bersinar dilangit?

     Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya. Contoh;
a. kucing adalah binatang (premis1).
b. Domba adalah binatang (premis 2).
c. Beringin adalah tumbuahan (premis3).
d. Sawo adalah tumbuhan (premis4).

Contoh Kalimat Silogisme Kategorial
  1. Semua Mahasiswa adalah lulusan SLTA Nanni adalah mahasiswa Jadi Nanni lulusan SLTA
  2. Tidak ada Manusia yang kekal Mahasiswa adalah Manusia Jadi Mahasiswa tidak kekal
  3. Semua Manusia berpikir Semua Rusa bukan Manusia
  4. Tidak seekor Ikan pun ayam Semua Ikan berenang Jadi tidak seekor Ayam pun berenang
  5. Semua Karyawan PT.Makmur masuk kerja Ratna adalah Karyawan PT.Makmur Jadi Ratna harus masuk kerja
  6. Manusia selalu bersifat ingin tahu Mahasiwa adalah Manusia
  7. Semua Vegetarian hanya makan sayur Indah hanya makan sayur Jadi Indah adalah Vegetarian
  8. Beberapa Hewan berkembang biak dengan bertelur Tidak seorang pun Manusia adalah Hewan

  • SILOGISME HIPOTESIS
     Secara ringkas, Silogisme hipotesis adalah silogisme yang premis mayornya adalah proposisi hipotesis atau proposisi majemuk, dan premis minornya mengakui atau menolak salah satu bagian dari premi mayor. 

Perhatikanlah contoh berikut.
Jika hujan turun, jalan basah.
Hujan turun.
Jadi, jalan basah.

     Premis mayor pada argumen di atas adalah “Jika hujan turun, tentu jalan basah” yang merupakan proposisi hipotesis. Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yang jika ditelaah ternyata merupakan gabungan dua buah proposisi kategoris, yaitu (1) “hujan turun” dan (2) “jalan basah”, yang digabungkan dengan kata penghubung kondisional “jika”. Premis minornya mengakui bagian pertama. Kesimpulan ditarik dengan jalan membanding-bandingkan bagian-bagian dari premis mayor. Dalam contoh di atas, karena premis mengakui bagian awal, maka kesimpulannya juga harus mengakui bagian kedua.

     Jelaslah, ini berbeda dengan silogisme kategoris. Dalam silogisme kategoris, dasarnya ialah proposisi kategoris yang terdiri atas term S dan P yang masing-masing menunjukkan kelas subjek dan kelas predikat. Kesimpulan ditarik dengan jalan membanding-bandingkan keanggotaan kelas S dan P, dengan bantuan kelas M untuk mengetahui apakah anggota kelas M termasuk kelas S dan apakah anggota kelas M termasuk kelas P atau tidak. Karena didasarkan atas perbandingan kelas, silogisme kategoris diebut juga logika kelas (class logic).
      Berbeda dengan itu, silogisme hipotesis didasarkan atas bagian-bagian dari proposisi premis mayor yang berupa proposisi kondisional atau majemuk. Seperti terlihat pada contoh di atas, dalam silogisme hipotesis kesimpulan tidak ditarik dengan membandingkan term-term, melainkan dengan membandingkan proposisi-proposisi kategorik yang menjadi komponennya serta hubungan yang terdapat di antara keduanya. Ini mempengaruhi cara penulisan bentuk logis penalaran. Jika pada silogisme kategoris digunakan huruf-huruf S-M-P yang melambangkan kelas-kelas, maka pada silogisme hipotesis digunakan huruf-huruf p dan q yang masing-masing melambangkan posisi elementer (proposisi yang tidak terusun atas proposisi-proposisi lain yang lebih kecil). Demikianlah, premis mayor pada penalaran di atas, “Jika hujan turun, jalan basah” ditulis bentuk logisnya menjadi “Jika p maka q. Jadi proposisi elementer “hujan turun” dilambangkan dengan p, sedangkan “jalan basah” dengan q. Karena yang menentukan bukan kelas, melainkan proposisi, maka silogisme hipotesis disebut juga logika proposional (propotionla logic).

     Contoh yang diberikan di atas sebenarnya baru mewakili salah satu dari silogisme hipotesis, yaitu silogime hipotesis kondisional atau sering juga disebut silogisme hipotesis saja. Selain silogisme komdisional, masih ada dua macam lagi, yaitu silogisme hipotesis disjungtif (sering disingkat silogisme dijungtif), dan silogisme hipotesis konjungtif (sering disingkat silogisme konjungtif).

  • SILOGISME ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
   Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor
   Nenek Sumi berada di Bandung
 Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

  • ENTIMEN
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.

Contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Sumber: 







  • Pengertian Penalaran
     Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan berbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui dan dianggap benar orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya belum diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. 
     
     Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan  disebut premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

  • Proposisi
     Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucap suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan dari kalimat itu sendiri. Kalimat yang beda dapat mengekpresikan proposisi yang sama, jika artinya sama.
     
     Proposisi disebut juga " tempat kebenaran " bukan bahwa proposisi itu selalu benar melainkan karena hubungan yang di akui atau diingkarinya itu dapat di uji dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat benar dan dapat salah.
     Unsur-unsur proposisi :
  1. Term subyek : hal yang bertentangan dengan pengakuan dan pengingkaran yang ditujukan.
  2. Term predikat : apa yang di akui dan diingkari tentang subyek.
  3. Kopula : penghubung (adalah, bukan / tidak) antara term subyek dan term predikat, dan sekaligus member bentuk (pengakuan atau pengingkaran) dari hubungan itu.
     Setiap proposisi mengandung ketiga unsur tersebut. Itu sebabnya setiap proposisi selalu berupa kalimat, meskipun tidak setiap kalimat adalah proposisi.
     Dalam logika sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup dapat bernilai salah atau benar = kalimat berita (informatif).

  • Inferensi dan Implikasi 
     Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik. Penalaran dimulai dengan mencocokkan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada. 

     Metode Implikasi adalah pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung "jika... maka..", dengan penyataan bersyarat, kondisional atau hypothesical

  • Wujud Evidensi
     Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi atau autoritas dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk mencapai suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan dalam evidensi tidak boleh di campur adukkan dengan apa yang dikenal dengan penegasan dan pernyataan.  Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa terhadap evidensi , ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi , dan sesuatu yang nyata.

  • Cara menguji Data
   Cara Menguji Data
Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta. Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
  1. Obervasi
     Fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data atau informasi itu.

      2.   Kesaksian

      Keharusan menguji data dan informasi, tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.

      3.   Autoritas

      Cara ketiga untuk menguji fakta dalam usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.

Cara Menguji fakta

     Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sunguh – sunguh terjadi.
  1.  Konsistensi: Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalahkonsistenan.
  2.  Koharensi:   Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalahkoharensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.

  •  Cara Menilai Autoritas
     Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa pokok berikut.

  1. Tidak Mengandung Prasangka
     Dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.

      2.  Pengalam dan Pendidikan Autoritas

     Dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal.

      3.  Kemashuran dan Presite

     Faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.

       4. Khorensi dengan Kemajuan

      Hal yang keempat yang perlu diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

Sumber: Optimis!!



TIPE - TIPE JARINGAN KOMUNIKASI


SWITCHED NETWORK

      Swtiched Network adalah transmisi data atau informasi jarak jauh yang biasanya dilakukan melalui beberapa switshing node yang saling terhubung sehingga membentuk suatu jaringan switching. Jadi data ditransfer dari sumber ke tujuan melalui hubungan node seri.




CIRCUIT SWITCHED NETWORK

      Circuit Switched Network adalah sebuah jaringan yang mengalokasikan sebuah sirkuit atau kanal yang dedicated diantara node dan terminal yang digunakan pengguna untuk alat berkomunikasi. Arah komunikasi diwujudkan antara 2 stasiun melalui jaringan komputer.



PACKET SWITCHED NETWORK

     Packet Switched Network adalah sebuah metode yang digunakan untuk memindahkan data dalam jaringan internet. Dalam packet switching, seluruh paket data yang dikirim dari sebuah node akan dipecah menjadi beberapa bagian. Data yang dikirimkan dalam bentuk potongan kecil yang terkumpul dalam satu paket. Tiap paket akan melewati node-node sepanjang jalur dari sumber ke tujuan.






BROADCAST NETWORK

     Sebuah divisi logis dari sebuah jaringan komputer, dimana semua node dapat mencapai atau terhubung satu sama lain dengan broadcast pada lapisan data link. Terdapat transmiter dan receiver yang berkomunikasi melalui medium yang disebar oleh beberapa stasiun.




PACKET RADIO NETWORK

      Packet Radio Network adalah suatu teknologi yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat dibanding dengan penggunaan teknologi Circuit Switched Data (CSD). Stasiun akan berada di dalam retransmisi satu dengan yang lainnya.





SATELLITE NETWORK

     Satellite Network adalah data tidak dikirimkan secara langsung dari transmiter ke receiver, tetapi di relay ke satellite, masing-masing dari tration transmit ke satellite dan receive dari satellite.





LOCAL NETWORK

     Local Network adalah jaringan komunikasi yang terbatas pada daerah yang kecil, misalkan dalam suatu bangunan atau satu kelompok bangunan kecil. Tipe jaringan ini berbentuk LAN dimana jaringan komunikasinya meliputi daerah atau area yang kecil.



WIRED LAN

     Pengertian WIRED LAN dalam bahasa yang simpel adalah pendistribusian informasi melalui kabel / kawat. WIRED menggunakan kabel sebagai penghubung antara satu komputer dengan komputer yang lainnya. Singkatnya perangkat tersebut dapat dilihat dan diraba, maka dari itu sering disebut juga telekomunikasi fisik.



WIRELESS LAN

     Pengertian WIRELESS LAN adalah kebalikan dari Wired LAN, tidak bisa dilihat yaitu melalui gelombang. Jaringan nirkabel ini merupakan salah satu media transmisi yang menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya. Data-data digital yang kirim melalui wireless dari satu komputer ke komputer yang lainnya ini akan dimodulasikan kedalam gelombang elektromagnetik.




WIRELESS AD-HOC MODE

     Pengertian AD-HOC MODE adalah desentralisasi dari jaringan wireless, disebut ad hoc karena tidak bergantung pada infrastruktur yang sudah ada, seperti router dalam jaringan kabel ataupun Access Point dalam jaringan nirkabel.



WIRELESS INFRASTRUCTURE MODE

     Pengertian INFRASTRUCTURE MODE adalah sekumpulan komponen-komponen fisikal dan logical yang memberikan konektifitas, keamanan, routing, manajemen, access, dan berbagai macam fitur integral jaringan. Misalkan jaringan kita terhubung internet, maka kita akan lebih banyak memakai protocol TCP / IP suite yang merupakan protocol yang paling banyak dipakai dalam jaringan.