Indonesia banyak bangunan yang menyimpan nilai historis yang
luhur, namun sebelas objek di bawah ini juga memiliki nilai arsitektur yang
sangat tinggi.
Banyak mata yang sudah mengakui keindahan dan kemegahannya. Bila Anda sedang
berlibur ke suatu daerah, tentunya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk
melihat bangunan, jembatan, mesjid atau berbagai peninggalan bersejarah
lainnya, yang menjadi trade mark daerah tersebut.
Meskipun banyak yang bukan merupakan hasil karya bangsa ini, tak sedikit
bangunan, mesjid bahkan jembatan yang merupakan karya para arsitek negeri
sendiri yang memiliki nilai arsitektural yang tinggi. Kali ini kami khusus
mengajak Anda “berwisata” ke berbagai peninggalan bersejarah tersebut yang
tersebar di beberapa daerah.
|
Istana Maimun |
Istana Maimun telah dinobatkan sebagai bangunan terindah di
Kota Medan, Sumatera Utara. Terletak di kawasan Jl. Brigjen Katamso, istana
megah ini selesai dibangun sekitar tahun 1888 dan merupakan warisan dari Sultan
Deli Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sapuan warna kuning pada gedung ini
merupakan warna khas Melayu.
Arsitekturnya yang unik adalah daya tarik utama dari Istana Maimun. Pengaruh
Eropa terlihat jelas pada balairung atau ruang tamu, jendela, pintu dan sebuah
prasasti di depan tangga yang bertuliskan huruf Latin, berbahasa Belanda.
Sedangkan, ciri Islam muncul pada atapnya yang bergaya Persia yang melengkung,
style yang banyak dijumpai pada bangunan-bangunan di kawasan Timur Tengah.
Bagian dalam Istana Maimun juga menarik untuk disusuri. Di balik dinding-dindingnya
yang kokoh, terdapat puluhan kamar yang tersebar di dua lantai. Kemegahan pun
terlihat pada singgasana, lampu kristal Eropa, kursi, meja maupun lemari.
Foto-foto keluarga, senjata-senjata kuno, termasuk ruang penjara, juga ada di
istana ini. Walaupun masih menyimpan benda-benda bernilai sejarah, Istana
Maimun masih membolehkan wisatawan untuk berkunjung dan menikmati kemegahan
sekaligus menyelami kejayaan Kesultanan Deli masa lalu.
|
Masjid Raya Medan |
Mesjid Raya Medan yang berdiri angkuh tak jauh dari Istana
Maimun adalah bangunan yang juga menjadi jejak kejayaan Deli. Dibangun pada
tahun 1906, semasa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid, mesjid ini masih
berfungsi seperti semula, yaitu melayani umat muslim di Medan yang ingin
beribadah.
Kubahnya yang pipih dan berhiaskan bulan sabit di bagian puncak, menandakan
gaya Moor yang dianutnya. Seperti mesjid lainnya, sebuah menara yang menjulang
tinggi terlihat menambah kemegahan dan religiusnya mesjid ini. Aplikasi lukisan
cat minyak berupa bunga-bunga dan tumbuhan yang berkelok-kelok di dinding,
plafon dan tiang-tiang kokoh di bagian dalam mesjid ini, semakin menunjukkan
tingginya nilai seni mesjid ini.
|
MAsjid Istiqlal |
Jakarta yang serba modern dan dipenuhi gedung kaca, ternyata
masih memiliki bangunan bersejarah dengan desain yang indah, yaitu Mesjid
Istiqlal. Rumah ibadah umat muslim yang megah ini telah lama menjadi salah satu
landmark Jakarta. Kokoh berdiri di atas areal seluas 9,5 hektar dan
berkapasitas hingga 8.000 orang, mesjid hasil karya arsitek Indonesia, F
Silaban ini, pernah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, sekaligus menjadi
kebanggaan umat muslim Ibukota dan Indonesia. Dibangun pada masa-masa awal
kemerdekaan, mesjid ini memang melambangkan kemerdekaan, sesuai dengan arti
dari nama yang disandangnya.
Mesjid Istiqlal mempunyai sebuah kubah raksasa berwarna putih yang bentuknya
seperti bola dibelah dua. Layaknya mesjid lain di dunia, Mesjid Istiqlal ini
juga dilengkapi sebuah menara yang tingginya menggambarkan jumlah ayat yang ada
pada kitab suci Al Qur’an. Sebuah bedug raksasa ikut menambah keunikan mesjid
ini. Ukurannya yang amat besar, menobatkan bedug ini sebagai bedug terbesar di
Indonesia!
|
Gereja Katedral |
Gereja Katedral yang berada tak jauh dari Mesjid Istiqlal
adalah bangunan berdesain unik yang selalu menjadi perhatian wisatawan. Usia
bangunan bergaya neo gothic ini memang sudah lebih dari seabad. Tidak heran
bila bangunan ini ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang
dilindungi kelestariannya.
Walaupun begitu, Gereja Katedral yang resmi digunakan pada tahun 1901 ini,
masih berdiri kokoh dan elegan di tengah “berisiknya” Jakarta. Keunikan dari
gereja hasil rancangan seorang pastornya yang bernama, Antonius Dijkmans ini,
terlihat pada dua menara yang mengapit pintu masuk. Di atas menara tersebut ada
dua menara kecil lain yang tersusun dari rangkaian besi. Demikian juga dengan
menara ketiga. Pada puncak setiap menara terdapat lonceng kuno yang dibuat
sekitar tahun 1800 sampai awal 1900-an.
|
Gedung Sate Bandung |
Di Kota Bandung yang sejuk, Anda juga bisa menjumpai sebuah
bangunan dengan arsitektur yang lain dari yang lain. Dibangun pada era kolonial
Belanda, Gedung Sate, demikian gedung ini banyak disebut, merupakan salah satu
daya tarik yang ada di Kota Kembang. Nama Gedung Sate sendiri muncul karena
sebuah ornamen yang terlihat seperti tusuk sate di puncak menara utamanya.
Gedung Sate hasil rancangan Ir.J.Gerber, arsitek kenamaan lulusan Fakultas
Teknik Delf Nederland dan timnya ini, selesai dibangun pada tahun 1924.
Bangunan ini mengadopsi gaya arsitektur era Renaissance Italia. Namun, pada
bagian tengahnya terdapat menara bertingkat yang mirip dengan atap meru atau
pagoda. Oleh sebab itulah, kalangan arsitek menilai bahwa Gedung Sate memiliki
rancangan yang “berani beda” dan tak populer di zamannya.
Kini, di depan bangunan ini terdapat sebuah monumen untuk mengenang gugurnya
para pejuang Jawa Barat saat mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan
Gurka. Setiap hari Minggu atau hari libur nasional, gedung ini selalu dipenuhi
wisatawan.
Usai menikmati kemegahan gedung ini dari luar, Anda bisa menuju menaranya untuk
menyaksikan benda-benda bersejarah. Atau bisa juga sekadar bersantai di kafe
yang ada di gedung ini sambil menikmati suasana dan udara Kota Bandung yang
sejuk dan segar.
|
Lawang Sewu |
Membahas tentang arsitektur atau bangunan tua di Indonesia,
tentu tak bisa lepas dari sebuah bangunan legendaris yang berdiri kokoh di Kota
Semarang, tepatnya di kawasan Simpang Lima, yaitu Lawang Sewu. Bangunan yang
artinya adalah “seribu pintu” ini, sesungguhnya bukan nama sebenarnya yang
diberikan untuk bangunan ini.
Nama tersebut menjadi legendaris karena banyaknya jumlah pintu yang terdapat
pada gedung keno ini. Dahulu, Lawang Sewu yang bergaya art deco adalah kantor
perusahaan kereta api Belanda, NV Nederlandsch Indische Spoorweg Mastshappij
(NIS) dan bangunan ini merupakan salah satu karya terbaik arsitek Prof. Jacob
K. Klinkhamer dan B.J. Oudang.
Pemerintah Kota Semarang sendiri telah menetapkan Lawang Sewu sebagai salah
satu gedung yang dilindungi. Predikat ini layak disandang oleh Lawang sewu
karena gedung ini juga merupakan saksi sejarah Indonesia saat pecahnya perang
sengit selama 5 hari di Semarang, antara Angkatan Muda Kereta Api melawan kompetai
dan Kido Buati, Jepang.
|
Gereja Blendug |
Sebagai bangsa yang paling lama “menduduki” negeri ini,
Belanda juga meninggalkan jejaknya di Kota Semarang. Coba saja lihat kawasan
kota lama yang ada di Ibukota Provinsi Jawa Tengah itu. Anda akan menjumpai
banyak bangunan tua yang bergaya masa kolonial. Dari sekian gedung yang
berjajar di tepi jalan, Gereja Blendug adalah salah satu bangunan tua yang
menarik.
Dibangun sekitar tahun 1753 oleh komunitas Belanda yang dulu menghuni kawasan
ini, Gereja Blendug merupakan gereja tertua di Jawa Tengah yang masih terawat
sampai sekarang. Blendug sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti kubah,
mengacu pada atap yang ada di gereja ini.
Bentuk atapnya yang melengkung dan berwarna merah, terasa kontras dengan
dindingnya yang dicat warna putih. Empat pilar kokoh serta menara kembarnya
yang khas di bagian depan juga menjadi ciri khas gereja yang kini bernama resmi
GPIB Immanuel ini. Gereja Blendug telah menjadi ikon Kota Semarang dan selalu
menjadi lokasi persinggahan wisatawan sejarah maupun para pecinta fotografi.
|
Masjid Agung Palembang |
Palembang tak hanya terkenal dengan pempek atau kain
songketnya. Kota di tepian Sungai Musi ini juga dihiasi bangunan dengan
arsitektur mengagumkan seperti terlihat di Mesjid Agung Palembang.
Berlokasi tak jauh dari Plaza Benteng Kuto Besak, di Kota Palembang, Sumatera
Selatan, Mesjid Agung Palembang mulai dibangun ketika Palembang dipimpin oleh
Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo, tepatnya tahun 1738. Pada zamannya,
mesjid ini dipercaya sebagai salah satu rumah ibadah terbesar yang pernah ada.
Meski digarap oleh seorang arsitek Eropa, pengaruh Cina ikut muncul pada wajah
mesjid ini. Hal itu ditandai oleh bentukan limas dan hiasan ornamen khas Cina
pada sejumlah atapnya. Paduan dua budaya ini menjadi ciri khas Mesjid Agung
Palembang dan membuat banyak pelancong terkagum-kagum. Sebuah akulturasi budaya
yang bisa tetap berdampingan dan saling mengisi.
|
Taman Sari |
Taman bunga yang indah. Begitulah kira-kira arti dari nama
Taman Sari. Areal pemandian ini merupakan kompleks bangunan yang sangat indah
dan menjadi aset Keraton Yogyakarta. Dibangun setelah Perjanjian Giyanti pada
tahun 1755, tempat ini memang didesain sebagai tempat pengasingan diri Sultan
Yogyakarta dan keluarganya dari hiruk pikuk dunia. Meskipun sempat luluh lantak
terguncang gempa, saat ini Taman Sari sudah kembali terlihat cantik.
Taman Sari memang dirancang sedemikian rupa agar bisa menghadirkan ketenangan
bagi siapapun yang berada di dalamnya. Bangunan ini juga mencerminkan style
yang multikultur (Portugis, Belanda, Cina, Jawa, Hindu, Buddha, Nasrani, dan
Islam). Kolam mungil dengan air mancurnya yang jernih dan pohon-pohon berbunga,
menambah keasrian tempat ini. Sekaligus menjadikannya sebagai lokasi
peristirahatan yang sempurna.
|
Tongkonan |
Selain bangunan peninggalan kolonial, Indonesia juga
memiliki sejumlah rumah adat dengan bentuk atau desain yang unik. Bangunan ini
memang bukan karya seorang arsitek era modern yang menguasai segudang teori.
Melainkan kreasi sekelompok manusia yang masih mencintai serta menjunjung
tinggi adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. Dan Tongkonan, rumah adat
masyarakat Tana Torja di Sulawesi Selatan, adalah salah satunya.
Tongkonan memang memiliki ciri khas tersendiri dibanding rumah adat lainnya.
Rumah ini berupa rumah panggung dari kayu. Atapnya yang terbuat dari susunan
bambu yang dilapisi ijuk hitam serta bentuknya yang melengkung seperti perahu
telungkup, membuat rumah ini mirip dengan Rumah Gadang, rumah adat masyarakat
Minang atau Batak. Dinding rumah yang terbuat dari kayu, juga diukir dengan
aneka ukiran khas Toraja.
Ciri lain yang paling menonjol pada Tongkonan adalah adalah kepala kerbau
beserta tanduknya yang meliuk indah yang disusun pada sebuah bang utama di
depan setiap rumah. Jumlah kepala kerbau yang ada di setiap rumah bisa berbeda.
Semakin banyak “hiasan” ini di sana, maka semakin tinggi derajat keluarga yang
tinggal di dalamnya. Karenanya. Tongkonan juga menjadi salah satu daya tarik
wisata Tator dan banyak diminati para pecinta foto.
|
Jembatan Mahakam |
Bicara soal arsitektur tak terbatas hanya pada bangunan,
rumah atau gedung. Nah, untuk kategori ini, Jembatan Mahakam 2 atau yang juga
dikenal dengan Jembatan Tenggarong di Kalimantan Timur, menjadi salah satu
pilihan.
Melintang di atas Sungai Mahakam di tepian Kota Tenggarong, jembatan ini adalah
yang ke dua setelah Jembatan Mahakam I yang berada di tengah Kota Samarinda.
Namun demikian, Jembatan Mahakam 2 mempunyai desain yang menarik dibanding
“saudara tuanya” atau jembatan lainnya di Nusantara. Jembatan ini tergolong
suspension cable bridge dan berdesain nyaris sama dengan Golden Gate di San
Francisco, Amerika Serikat.
Wajar saja bila jembatan yang membentang sejauh sekitar 710 meter ini tak hanya
berfungsi sebagai sarana transportasi, tapi juga menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang berkunjung ke Tenggarong. Menjelang senja, lampu-lampu yang
terpasang pada tiang dan kebel-kabelnya akan menyala dan menyajikan sebuah
panorama yang indah.